Jumat, 05 November 2010

Wong Fei Hung Ternyata Ulama dan Pendekar Sekaligus Tabib

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.
(kaskus.us)
Read more »

Rabu, 27 Oktober 2010

Tamayyuz di Mihwar Muassasi

Oleh Hilmi Aminuddin

Ikhwah dan akhwat fillah, saat ini gerakan dakwah kita memiliki rakizah siyasiah, yakni stressing atau titik tekan pada bidang politik. Hal ini perlu saya garis bawahi, mengingat ada beberapa hal yang kadang-kadang menyebabkan kita mengalami keterjebakan situasional. Misalnya ada yang mengatakan atau menganggap kita masuk ke dalam mihwar siyasi (era politik).

Padahal dalam manhaj kita, hanya dikenal mahawir arba’ah atau empat era yang di dalamnya tidak ada mihwar siyasi (era politik) sebagaimana halnya tidak ada mihwar tarbawi (era pembinaan). Keempat mihwar dakwah tersebut ialah mihwar tanzhimi (structural), mihwar sya’bi (masyarakat), mihwar muassasi (kelembagaan) dan mihwar daulah (negara). Di setiap mihwar dari empat mihwar dakwah tersebut terkandung amal siyasi (aktivitas politik) dengan tingkat persentase yang berbeda-beda, karena amal siyasi adalah bagian tidak terpisahkan dari amal da’wi (aktivitas dakwah) kita.

Ikhwah dan akhwat fillah, seringkali dalam menghadapi situasi, kondisi-kondisi, aksi-aksi dan tantangan-tantangan tertentu kita lupa untuk merujuk atau kembali ke manhaj (pedoman). Padahal penguasaan kita akan manhaj, insya Allah cukup baik, apakah itu di ruang lingkup manhaj asasi, yakni Alquran dan Sunah ataupun di ruang lingkup produk ijtihad jama’ah kita yang tentunya juga bersumber dari Alquran dan Sunah. Langkah-langkah perjuangan dalam bentuk manhaj amali (pedoman aktivitas) tersebut cukup untuk dapat merespon dan mengantisipasi segala perkembangan. Hanya saja kita seringkali lupa merujuk ke manhaj tersebut. Boleh jadi karena keterdesakan kita di lapangan atau kesibukan yang demikian padat.

Agar lebih jelas, saya ingin sedikit mengulang penjelasan-penjelasan tentang stressing di masing-masing mihwar. Pada mihwar tanzhimi, rakizatul amal (stressing kerja) kita berupa bina syakhshiyah islamiah dan syakhshiyah da’iyah atau mewujudkan sosok pribadi islami dan pribadi da’iah. Juga bagaimana kita berusaha mengokohkan mishdaqiyah syakhsyiah islamiyah dan mishdaqiyah syakhshiyah da’iyah atau kredibilitas pribadi islami dan kredibilitas pribadi da’iyah.

Di era atau mihwar tanzhimi tersebut yang selalu kita ukur dan evaluasi adalah tingkat pertumbuhan kader dalam arti pertumbuhan dan perkembangan kader-kader kita secara internal. Bahkan ketika kita mengukur, mengevaluasi diri dari segi eksternal, yang kita lihat pun sejauh mana pertumbuhan calon kader yang dapat direkrut menjadi kader. Jadi di masa itu orientasinya adalah perekrutan, pembinaan, pertumbuhan dan perkembangan kader-kader dakwah.

Kemudian dakwah kita berkembang dan memasuki mihwar atau era sya’bi. Di era ini kita mulai ber-sya’biah atau mensosialisasikan siri, kader-kader dan program-program dakwah kita di masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai di mihwar ini adalah mishdaqiyah syakhshiyah ijtima’iyah atau kredibilitas sebagai pribadi yang diterima di masyarakat. Kita berupaya keras agar kader-kader kita memiliki kredibilitas tersebut. Di mihwar sya’bi ini kita bukan hanya menerapkan tolak ukur kuantitas berupa pertumbuhan dan perkembangan kader, melainkan juga sejauh mana kader-kader yang kita miliki memberi pengaruh di masyarakat.

Ikhwah dan akhwat fillah, di mihwar tanzhimi kita sudah mulai melaksanakan program-program yang merupakan mukadimah atau pengkondisian ke arah mihwar sya’bi. Begitu pula di mihwar sya’bi, kita sudah melakukan langkah-langkah pendahuluan yang sekaligus merupakan condisioning untuk menuju mihwar muassasi.

Alhamdulillah, Allah Ta’ala memberikan peluang yang mempercepat masuknya kita ke mihwar muassasi. Kita memang sudah membuat langkah-langkah mukadimah menuju mihwar muassasi berupa pendirian yayasan, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga penelitian dan lain sebagainya. Namun perubahan-perubahan cepat yang terjadi yang antara lain dipicu dan dipacu oleh globalisasi ekonomi, politik dan lain-lain serta krisis ekonomi—dan tentu saja sebab utamanya adalah tadbirullah (rekayasa Allah), membuat peluang untuk memunculkan diri dalam bentuk kelembagaan formal terbuka lebar. Maka mulailah kita memasuki mihwar muassasi dengan menampilkan diri sebagai Hizbul ‘Adalah (Partai Keadilan). Kita menyebutnya mihwar muassasi dan bukan mihwar siyasi, walaupun memang dalam mihwar muassasi sebagaimana halnya di mihwar tanzhimi dan sya’bi terkandung aspek-aspek siyasi. Dan karena di mihwar muassasi ini sudah menyentuh aspek kelembagaan politik, maka persentase amal siyasinya pun meningkat.

Upaya memantapkan langkah-langkah secara struktural dan operasional di mihwar muassasi ini juga akan menyentuh sektor amal siyasi. Sekali lagi saya tegaskan bahwa amal siyasi merupakan sektor. Sebab bila kita mengatakan mihwar kini sebagai mihwar siyasi berarti kita terjebak ke dalam amal juz’i dan sekaligus harakah juz’iah, seperti halnya kita tidak bisa mengatakan sebagai mihwar tarbawi agar tidak terjebak juga pada ke-juz’iyah-an atau keparsialan. Jadi setiap mihwar memiliki beragam amal sesuai dengan ke-syumuliah-an dan ke-takamuliah-an amal Islam.

Ikhwah dan akhwat fillah, karena itu di setiap mihwar dibutuhkan adanya ke-tawazun-an antar amal. Ke-tawazun-an adalah proporsionalitas dalam pemberian peran-peran, pendayagunaan dan pengerahan potensi-potensi SDM. Kata proporsionalitas menunjukkan adanya ketepatan atau akurasi penyaluran potensi sesuai dengan tuntutan medan dan situasi-kondisi serta aksi-aksi yang kita lakukan.

Oleh karena itu, ikhwah dan akhwat fillah, betapa pun kita dituntut untuk merespon situasi dan kondisi saat ini dengan proporsionalitas yang menuntut porsi lebih di bidang politik, tetap saja kita tidak boleh mengabaikan amal tarbawi (pembinaan), amal tsaqafi (penambahan wawasan), amal khairi (sosial), amal ijtima’i (kemasyarakatan) dan lain-lain. Masalah stressing atau penekanan di sektor tertentu pada moment tertentu adalah hal yang biasa. Misalnya di bulan Ramadhan kita meliburkan halaqah-halaqah tarbawi internal, karena kita ingin merespon amal khairi dan taabbudi (ibadah) di bulan mulia tersebut. Kita berkonsentrasi meningkatkan tadayyun sya’bi (keberagamaan masyarakat) karena terdapat katsafah furshah (peluang yang luas) di bulan Ramadhan.

Jadi bila kini menjelang pemilu kita merespon tuntutan amal siyasi yang membesar, itu merupakan masalah proporsionalitas tanpa harus mengabaikan bidang-bidang lain. Sehingga memadatnya aktivitas politik kita menjelang pemilu tidak berarti kita terjebak dalam mihwar politik. Mihwar kita adalah mihwar muassasi, artinya secara kelembagaan kita mulai menampilkan diri seluruh batang tubuh ke permukaan dengan nama Hizbul ‘Adalah.

Ikhwah dan akhwat fillah, mihwar muassasi ini akan terus berkembang ditandai dengan bertambahnya muassasah atau lembaga infrastruktur sosial politik kemasyarakatan baik yang kita bangun sendiri atau yang kita warnai (muassasah yang dibangun oleh ikhwah seperjuangan dalam Islam, yaitu ormas atau parpol lain), dan nantinya juga kita bisa melebarkan sayap dengan memasuki secara langsung lembaga-lembaga suprastruktur dan infrastruktur kenegaraan. Hal ini merupakan bagian dari mihwar muassasi dan merupakan langkah-langkah awal yang akan menjembatani masuknya kita, Insya Allah, mustaqbalan (di masa mendatang) ke dalam mihwar daulah.

Hal penting yang harus kita perhatikan di dalam mihwar muassasi ialah bahwa kita bukan sekadar memunculkan diri dalam bentuk kelembagaan partai, melainkan juga mengupayakan bagaimana aqidah, fikrah dan manhaj kita mewarnai infrastruktur sosial politik di masyarakat atau infrastruktur kenegaraan dan kemudian akhirnya supra struktur kenegaraan. Lembaga infrastruktur dan suprastruktur negara akan kita masuki jika tingkat proporsi penyebaran SDM dan pengaruh kita di ruang lingkup kelembagaan infrastruktur kemasyarakatan atau sosial politik sudah memadai. Barulah kemudian kita melangkah ke dalam mihwar daulah.

Dalam hal ini ingin saya ingatkan bahwa setiap mihwar memiliki perimbangan proporsi amal yang berbeda-beda dan dapat berubah-ubah. Hendaknya hal ini tetap dalam ruang lingkup ke-tawazun-an dan keterpaduan amal islami.


Tamayyuz

Langkah-langkah amal kita harus mutamayyiz. Kita bergaul bersama, berpacu, namun nahnu mutamayyyizun (kita berbeda). Kata tamayyuz mengandung pengertian keberbedaan yang mengandung keistimewaan. Jadi bukan asal beda, melainkan mutamayyiz ’an ghairina, berbeda yang mengandung keistimewaan dari yang lainnya. Kita mengetahui slogan yang dikumandangkan oleh Syahid Sayyid Quthb, yaitu yakhtalithun walakin yatamayyazun, kita berbaur, bergaul, bersilaturahmi, ber-tawashau bil haq, ber-tawashau bis shabri, tawashau bil marhamah dengan seluruh lapisan umat, namun nahnu mutamayyizun, kita berbeda. Tamayyuz—kespesifikan ini penting agar menjadi arahan yang memudahkan masyarakat untuk mendukung kita.

Pertama-tama tamayyuz kita adalah dalam ruang lingkup SDM. Kita harus mutamayyiz fii rijal. Kita harus sanggup menampilkan tamayyuz fii rijal, keistimewaan SDM atau personil.

Ikhwah dan akhwat fillah, dalam memasuki mihwar muassasi yang kedudukannya merupakan langkah-langkah mukadimah menuju mihwar daulah, rijalud da’wah atau SDM dakwah kita seyogianya sekaligus juga memiliki bobot dan bakat yang akan dikembangkan menjadi rijalud daulah atau sosok negarawan yang memiliki visi kenegaraan yang baik.

Kita sudah memiliki kader-kader yang berbasis akidah, fikrah dan minhaj yang baik. Kini tinggal berupaya bagaimana kita mengekspresikan diri dan mengaktualisasikan diri secara atraktif. Bukan berarti kita riya, melainkan semata-mata dalam kerangka ‘isyhadu bi anna muslimin”, saksikan kami ini orang-orang Islam. Kita mencoba memperjelas, mengedepankan tampilan produk islamisasi rijal kita.
Paling tidak ada lima kespesifikan, keunikan atau keistimewaan yang—Alhamdulillah—dimiliki oleh jamaah kita, yaitu:

1. Mutamayyiz fii rijal (keistimewaan SDM)
2. Mutamayyiz fi adaa (keistimewaan penunaian tugas)
3. Mutamayyiz fii intaj (keistimewaan sentuhan produk)
4. Mutamayyiz fii khidmah (keistimewaan pelayanan)
5. Mutamayyiz fii muamalah (keistimewaan bermasyarakat)


Keistimewaan yang pertama ialah mutamayyyiz fii rijal atau keistimewaan personil dakwah. Keistimewaan personil dakwah atau SDM ini dilandasi oleh tamayyuz fii aqidah, fikrah, minhaj dan akhlaq. Modal utama berupa keistimewaan dalam akidah, fikrah, minhaj dan akhlak sangat berdayaguna dalam membangun mishdaqiyah syakhshiayah da’iyah (kredibilitas pribadi muslim dan da’iyah).

Namun keistimewaan SDM ini harus ditunjang oleh tamayyuz fii adaa atau keistimewaan dalam penunaian tugas. Jadi kita harus mutamayyiz fii adaa. Dalam menunaikan tugas, kita memiliki modal berupa motivasi yang tinggi yang dibangun oleh aqidah kita. Kemudian idealisme yang besar yang dibangun oleh fikrah kita dan langkah-langkah kerja yang tertib teratur yang dibangun oleh manhajiah kita.

Kesemuanya itu menjadi modal dalam menunaikan ruhul badzli wa tadhhiyah karena dilandasi niat yang khalishan li wajhillah ta’ala. Ruhul badzli wa tadhhiyah adalah modal motivasi, militansi dan vitalitas stamina yang dibangun oleh akidah, fikrah, akhlak dan semangat ibadah kita. Kesemuanya itu menjadi modal utama dalam tamayyuz fii adaa yang kemudian ditopang pula oleh kemampuan dalam takhtit, perencanaan/programming dan idariah/ manajemen.

Kelengkapan modal tersebut membuat kita mutamayyiz fi adaa, istimewa dalam penunaian tugas. Kita tidak menjadi orang-orang yang menunaikan tugas secara infiradiyah, sekenanya, seketemunya dan seadanya di lapangan, melainkan benar-benar mutamayyiz fii adaa karena di back up oleh faktor-faktor mental, moral dan ideal serta faktor-faktor konsepsional, berupa perencanaan dan manajemen yang baik. Jika kita berhasil menampilkan adaa’ul wazhaif (penunaian tugas secara baik), insya Allah keistimewaan kita akan muncul di tengah masyarakat.

Apalagi bila diikuti dengan keistimewaan produk-produk yang kita hasilkan yang menimbulkan kesan dan pengaruh yang kuat di masyarakat karena mau tidak mau masyarakat memang menilai dan mengukur masalah produktivitas.

Karena itu, keistimewaan yang ketiga yang harus kita miliki adalah tamayyuz fii intaj. Program-program yang kita gulirkan harus terasa hasilnya di masyarakat. Sudah tentu yang dimaksudkan terasa, tidak selalu harus dalam bentuk produk materi. Bahkan sebagian besar yang kita miliki bukan berupa produk materi, melainkan pendekatan ilmi, shihhi, ijtima’i, ma’nawi dan sebagainya

Ikhwah dan akhwat fillah, sudah sewajarnyalah masyarakat mengharap dan menunggu-nunggu produk-produk nyata yang dihasilkan oleh parpol-parpol dan kelompok-kelompok organisasi yang menjamur belakangan ini. Oleh karena itu kita harus mampu menyajikan produk yang mutamayyiz kepada masyarakat jika ingin mendapatkan sambutan publik yang baik.

Tamayyuz dalam produk bukan diukur dari segi kuantitasnya, melainkan dari segi kualitas sentuhannya yang terasa di hati masyarakat.

Ikhwah dan akhwat fillah, tamayyuz yang berikutnya yang juga harus kita miliki ialah tamayyuz fii khidmatan lis muslimin (keistimewaan dalam pelayanan kepada muslimin), khidmatan lin naas (pelayanan kepada manusia), sehingga kita akan tampil mutamayyiz fii khidmah (istimewa dalam pelayanan). Ada pepatah Arab berbunyi, “An-naas yuwalluna man yakhdimuhum,” (manusia akan memberikan wala atau loyalitas kepada orang-orang yang melayaninya). Karenanya ada juga pepatah lain, “Sayyidul qaum khaadimuhum” (Pemimpin suatu kaum [bangsa] adalah pelayan bagi kaum tersebut).

Bila kita tampil sebagai lembaga yang paling piawai memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka ia pun akan mendapatkan sambutan lebih dibanding dengan yang lain. Pelayanan kepada masyarakat tidak harus selalu diartikan pelayanan fisik, materi yang bersifat langsung, simbolik, atraktif dan promotif, misalnya pemimpin datang memberikan bantuan materi kepada bawahannya. Hal itu hanya merupakan sebagian kecil dari ruang lingkup pelayanan kepada masyarakat. Memang hal itupun perlu juga sekali-kali kita lakukan, namun yang lebih penting adalah bagaimana kerja keras kita, mengupayakan terjaminnya kemaslahatan masyarakat dalam dua hal yang digariskan Allah dalam Q.S. Quraisy: (1) Terjaminnya masyarakat dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang asasi أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ (terbebasnya dari kelaparan) dan (2) Kebutuhan akan rasa aman atau terbebas dari ketakutan, ketidakpastian, intimidasi, kediktatoran dan kezhaliman (وَءَامَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ).

Kedua hal tersebut juga berkaitan dengan لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ atau masalah qalb (hati) dan وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ atau berkaitan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasadiyah. Ruang lingkup pelayanan kita harus meliputi kedua aspek tersebut.

Dalam masalah pelayanan ini, hal yang perlu saya garis bawahi bahwa itu meliputi garis vertikal ke atas, yakni upaya kita mempengaruhi decision making dalam hal politik, hukum dan perundang-undangan dengan cara aktif memberikan usulan, kritik dan koreksi. Kemudian juga meliputi garis vertikal ke bawah, yakni upaya kita menggulirkan produk-produk dalam ruang lingkup ijtima’iyah, khairiyah, ilmiyah, tsaqafiyah, shihhiyah dan fanniyah di tengah masyarakat.

Produk-produk dalam ruang lingkup vertikal ke bawah akan menjadi basis dari upaya meluncurkan produk siyasah wal qanun ke atas. Dan produk siyasah wal qanun ke atas akan memayungi dan melindungi segala aktivitas pelayanan kita ke bawah. Artinya segala aktivitas kita yang menyebar di masyarakat perlu mendapat perlindungan politik dan hukum. Sebaliknya segala aktivitas yang berkaitan dengan masalah politik dan hukum perlu mendapatkan basis berupa produk dan kerja nyata kita di bidang ijtima’iyah, khairiyah, ilmiyah, fanniyah, iqtishadiyah dan sebagainya.

Akhirnya, ikhwah dan akhwat fillah, tamayyuz kelima yang harus kita miliki adalah tamayyuz fii muamalah. Cara agar kita tampil beda dan istimewa dalam bermuamalah (bergaul) adalah bila kita bermuamalah bil ihsan. Allah berfirman,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلاَّ الْإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula).

Dalam hadits juga disebutkan bahwa Allah menyuruh kita berbuat ihsan dalam segala urusan. Yang dimaksud dengan ihsan adalah kebaikan-kebaikan, apakah berupa kebaikan materi, sulukiyah, maupun sikap dan perilaku. Dalam menyalurkan kebaikan-kebaikan tersebut hendaknya kita membingkainya dengan akhlaqul karimah. Sebab betapa pun besar kebaikan yang diberikan, jika cara memberikannya tidak disertai dengan adab dan kesantunan, maka ia akan lebih dirasakan sebagai penghinaan dan bukan kebaikan.

Inti muamalah adalah bagaimana kita menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat dengan dibingkai akhlaqul karimah. Maka masyarakat pun akan melihat bahwa kita mutamayyiz fii muamalah, istimewa dalam berinteraksi di masyarakat. Sebab upaya menanamkan pengaruh di masyarakat, pada hakikatnya adalah bagaimana kita merebut hati orang. Selain berupaya membuka hati mereka melalui program-program yang kita selenggarakan dengan baik, juga harus dengan kekuatan ta’abudi dan taqarrub kita kepada Allah, karena miftahul qulub, kunci hati ada di tangan Allah. Dengan kekuatan ikhtiar dan doa kita berharap kepada semoga Allah membukakan hati-hati mereka.

Wallahu a’lam.
Sumber: Majalah Al-Intima' Edisi 009 Tahun 2010


http://www.pks-arabsaudi.org
Read more »

Senin, 25 Oktober 2010

"Ibarat Sekolah, Menteri Punya Rapor"

VIVAnews - Menteri Komunikasi dan Komunikasi Tifatul Sembiring menegaskan evaluasi kinerja satu tahun Kabinet Indonesia Bersatu jilid II tidak berkaitan langsung dengan perombakan kabinet atau reshuffle.

"Secara undang-undang, tidak ada kewajiban presiden harus merombak kabinet," kata dia menjawab pertanyaan para tweeps di dunia jejaring sosial, Twitter, Minggu 24 Oktober 2010.

Tifatul pun meminta agar politisi asal partai koalisi menghentikan segala isu reshuffle ataupun prediksi-prediksi seputar pergantian menteri. "Karena tidak ada dasarnya sama sekali. Hanya membuat kabinet ini terganggu bekerja dan menimbulkan ketidakpastian. Ini manuver politik," tegasnya.

Dia pun mengingatkan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar para menteri tidak terpengaruh dengan isu reshuffle dan tetap bekerja menjalankan program pembangunan.

Menteri asal PKS itu pun menyinggung juga soal evaluasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas KIB jilid II yang dia nilai memang perlu. "Ibarat orang sekolah itu ada rapornya," kata dia.

Jika Presiden SBY kemudian ingin melakukan reshuffle, kata dia, hal ini adalah kewenangan dia dan tentu dengan pertimbangan yang matang. "Saya yakin SBY tidak bisa ditekan soal ini. Dulu ada partai yg mengancam putus koalisi. Namun Presiden tidak mau memenuhi tuntutan itu," kata dia.
• VIVAnews
Read more »

Rabu, 20 Oktober 2010

Unjuk Rasa Setahun Pemerintahan SBY

VIVAnews –Ini hari unjuk rasa. Rabu, 20 Oktober 2010. Belasan organisasi masyarakat menghela massa ke sejumlah pusar kekuasaan. Istana Negara di Jakarta, gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Istana Negara di Bogor, Jawa Barat. Unjuk rasa itu digelar bertepatan dengan peringatan setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono.

Rupa-rupa tuntutan yang diusung. Dari urusan sertifikat tanah, hingga menuntut SBY mundur dari kursi presiden. Walau sangat mudah diperdebatkan, kelompok yang menuntut pengunduran diri presiden itu beralasan bahwa SBY sudah membuat wajah negeri ini terlihat kusut. Mereka mengklaim rakyat ditelantarkan.

Massa yang berunjuk rasa itu diperkirakan 1500 orang. Mereka sudah mengirim surat pemberitahuan kepada Polda Metro Jaya soal rencana unjuk rasa itu. Sejumlah organisasi itu antara lain Gerakan Indonsia Bersih (GIB), elemen buruh, Petisi 28, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia, Persatuan Buruh se-Indonesia, dan Kontras.

Dari mana saja mereka bergerak? Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menyebutkan bahwa sekitar 1.500 pengunjukrasa yang akan mendatangi Istana Negara, "Akan berangkat dari Gambir dan Bundaran HI.” Di depan Istana itu mereka akan menggelar orasi.

Rencana unjuk rasa sejumlah organisasi massa itu, diikuti sejumlah rumor serem, yang membuat orang ramai dicekam kecemasan. Rumor itu antara lain penggulingan Presiden SBY dan kemungkinan Jakarta rusuh.

Banyak pertanyaan muncul. Siapa yang menggulingkan pemerintahan yang sah ini. Dan apakah pengunjuk rasa, yang jumlahnya cuma 1500 itu, cukup bergigi menggulingkan presiden berpenduduk sekitar 240 juta ini?

Kelompok pengunjuk rasa sendiri membantah bahwa mereka mau menggulingkan SBY. Juga membantah mau membuat suasana kota jadi kisruh. Secara moral, kata Adhie Massardi, "Gerakan kami sudah menang." Untuk itu lanjutnya, unjuk rasa yang digelar Rabu besok itu, dilakukan sekedarnya saja. “Ala kadarnya saja dan ini baru gelombang awal, kata mantan Jubir Presiden Gus Dur itu.

Unjuk rasa itu, lanjutnya, jauh dari urusan makar. Dia mensinyalir ada upaya mencap setiap unjuk rasa sebagai gerakan makar. "Jangankan dari kami, ada isu pengadilan mau menangkap di Belanda saja sudah membuat dia ketakutan," kata Adhie Massardi.

Kelompok Bendera, yang pernah melansir aliran dana Bank Century ke sejumlah orang dalam Presiden SBY, menegaskan bahwa kabar penggulingan itu sengaja ditiup. Pada Rabu besok itu, kelompok ini cuma menggelar mimbar bebas. Mimbar itu akan didiirikan di depan sekretariat organisasi ini, di Jalan Dipengoro, Jakarta Pusat.

Mimbas bebas itu, kata kordinator Bendera Bona Ventura, "Adalah pra kondisi untuk bergerak pada 25 Oktober nanti, yang secara besar-besaran kami lakukan unjuk rasa.” kata Bona Ventura.

Agenda penggulingan SBY, juga dibantah keras barisan Persatuan Oposisi Nasional (PON), salah satu organisasi massa yang berunjuk rasa Rabu besok itu. Zein Maulana, kordinator aksi kelompok ini menuturkan bahwa unjuk rasa itu sama sekali tidak bermaksud menggulingkan Presiden SBY. "Bukan kami yang pertama kali mengatakan akan ada aksi penggulingan Presiden SBY." kata Zein.

Pengamanan Sampai di Bogor

Kepolisian tidak mau kecolongan dalam unjuk rasa ini. Untuk aparat akan dikerahkan untuk mengamankan unjuk rasa. Sekitar 19 ribu polisi akan mengamankan Jakarta. Mereka akan mengawal titik konsentrasi massa, sentra ekonomi dan sejumlah obyek vital.

Sejumlah kendaraan taktis (rantis) akan siagakan di Istana dan gedung DPR/MPR. Polisi meminta agar peserta demo tidak membawa binatang yang bisa mengganggu ketertiban jalan dan kepentingan umum.

Demi kepentingan umum itu Polri bertindak tegas. Polisi memberlakukan Prosedur Tetap (Protap) Nomor 1/X/2010 tentang penangganan unjuk rasa anarki. Aturan yang sudah disosialisasikan ini, memungkinkan polisi melakukan tembak ditempat terhadap kaum anarkis.

Pengamanan juga akan diperketat di Istana Bogor. Sebab, Rabu 20 Oktober 2010, Presiden SBY dan sejumlah menteri akan menggelar acara di Istana Bogor itu. "Acara di Bogor itu digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Badan Pertanahan Nasional (BPN)," kata Kepala Bagian Operasioanal Polres Kota Bogor, Ajun Komisaris Polisi Irwansyah, kepada VIVAnews, Selasa 19 Oktober 2010.

Dalam acara itu, secara simbolis Presiden akan memberikan sertfikat kepada warga Cilacap, Jawa Tengah. Ratusan hektare tanah yang terletak di kabupaten itu berhasil disertifikasi oleh BPN Pusat.

Massa petani dari sekitar Bogor akan memanfaatkan momentum peringatan HUT BPN itu untuk berunjuk rasa. Rencananya, massa petani dari Cipayung akan beraksi di depan Istana Bogor. Mereka menuntut sertifikasi massal tanah mereka. "Jadi, besok itu situasi di Istana Bogor sangat rawan. Sehingga, personel akan menjaga ketat istana Bogor," papar Irwansyah.

Mengantisipasi unjuk rasa itu, Polri mengerahkan 470 anggota dari Polres Kota Bogor dan Brimob Kedung Halang. Ini belum ditambah dengan jumlah personel dari TNI dan Paspampres. "Jumlah keseluruhan personel ribuan," tambah AKP Irwansyah.

Jangan Genit Jatuhkan Presiden

Tuduhan bahwa pemerintah SBY dan Boediono sudah gagal dibantah sejumlah menteri. Tuduhan itu, kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, sama sekali tidak berdasar. Hatta meminta agar para penuduh itu bicara pakai data.

Selama satu tahun pertama pemerintahan ini, lanjut Hatta, sama sekali tidak ada deindustrialisasi. "Industri tumbuh 4,6 persen, dari sebelumnya yang cuma tumbuh 2 persen," kata Hatta di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa 19 Oktober 2010.

Hatta meminta agar para pengunjuk rasa itu bisa memandang semua persoalan secara jernih. Ibarat melihat sebuah gelas, tergantung sudut pandangnya dari mana. "Kalau belum penuh jangan dibilang masih kosong. Bisa dikatakan baru 60 persen terisi, tinggal 40 persen lagi," kata Hatta.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ham), Patrialis Akbar menegaskan bahwa gerakan untuk menjatuhkan pemeritahan itu sama sekali tidak berdasar. "Ini pemerintahan yang sah, ini pemerintahan konstitusional, jadi tidak mungkin ada yang bisa menjatuhkan," kata Patrialis di Jakarta, Selasa 19 Oktober 2010.

Patrialis menjelaskan bahwa pemerintahan SBY-Boediono juga tidak dapat dijatuhkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintahan ini hanya bisa jatuh, jika ada undang-undang yang dilanggar oleh SBY atau Boediono. Dan sejauh ini belum ada undang-undang yang dilangar keduanya.

"Sistem kita bukanlah parlementer tapi presidensial. Lagian Indonesia kan sedang membangun, jangan genit untuk menjatuhkan presiden dan pemerintah," ujarnya.

Presiden SBY menyampaikan bahwa semua kritik, petisi dan unjuk rasa apapun haruslah dihormati. "Tidak perlu kita sangat terganggu, tidak perlu sangat emosional, mari kita hormati," kata Presiden SBY ketika berkunjung ke Makasar, Selasa 19 Oktober 2010.

Tindakan tegas baru akan dilakukan, lanjut Presiden SBY, apabila terjadi aksi anarki dalam unjuk rasa itu. "Apalagi sampai penggulingan pemerintahan yang sah, sebab itu domain hukum," kata SBY.
Read more »

Minggu, 17 Oktober 2010

Betulkah Ponsel, Mp3, dan Laptop Berbahaya?

VIVAnews - Banyak barang-barang berteknologi tinggi digunakan untuk membantu menyelesaikan tugas dan sebagai alat komunikasi andalan banyak orang. Seperti laptop dan telepon genggam, tak henti-hentinya digunakan dalam setiap aktivitas manusia di dunia.

Namun, sadarkah, akan bahaya di balik penggunaan barang-barang berteknologi tinggi tersebut. Dan benarkah penggunaan telepon genggam dapat menyebabkan kerusakan pada otak manusia?
Agar mengetahui kebenarannya, ketahui fakta dan mitos seputar barang berteknologi tinggi seperti dikutip dari laman The Sun berikut ini:

Ponsel dan tumor otak:
Penelitian terbaru menunjukkan tidak ada hubungan yang jelas antara ponsel dan kanker otak. Jika Anda tetap merasa resah akan adanya isu tersebut, ada baiknya selalu menggunakan satu set hands-free saat berkomunikasi dengan ponsel Anda.

MP3 dan gangguan pendengaran:
Mendengarkan musik melalui MP3 tidak akan menyebabkan gangguan pendengaran, selama volume yang dipasang berada dalam batas wajar. Yang menjadi masalah, jika volume yang Anda pasang menghasilkan kebisingan yakni jika tingkat kebisingannya mencapai 120 desibel lebih, setara dengan mesin jet.
Dan memang benar bahwa tingkat volume musik yang sangat tinggi dapat menyebabkan ketulian, dering di telinga dan sakit kepala, setidaknya dalam jangka pendek. Tapi efek jangka panjang belum jelas.

Laptop menimbulkan gangguan kesuburan:
Banyak pengguna laptop meletakkan gadget ini di paha ketika mesin dinyalakan. Bahayakah? Mereka dapat menghangatkan skrotum Anda dengan dua atau tiga derajat. Tapi itu tidak diketahui secara pasti, apakah benar bisa memanggang testikel Anda dan mempengaruhi kesuburan Anda.
Read more »

Serial Pergerakan KAMMI (1)

AL FAMH

Wahai saudaraku yang tulus ... !
Yang saya maksud dengan fahm (pemahaman) adalah bahwa engkau yakin bahwa fikrah kita adalah 'fikrah islamiyah yang bersih'. Hendaknya engkau memahami Islam, sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul al-'isyrin (dua puluh prinsip) yang sangat ringkas ini:


20 prinsip (ushulul ‘isyrin) adalah pokok – pokok pemahaman dasar (fikrah) kepada agama islam yang lurus. Seluruh aktivis Islam harus memahami dinnya sebagaimana 20 prinsip yang termaktub dalam ushul ‘isyrin tersebut. Tak terkecuali bagi aktivis KAMMI yang notabenenya ‘bertitel’ aktivis pergerakan Islam. Ruh dari 20 prinsip ini seharusnya menjadi ruh dalam memahami pergerakannya.

Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dari umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.

Prinsip Pertama, adalah pemahaman tentang ke-sumuliyah-an fikrah gerakan KAMMI. Di KAMMI, Tidak ada ‘dikotomi pemikiran’ antara satu bidang dengan bidang yang lain. KAMMI tidak pernah memisahkan antara Islam dan politik. KAMMI tidak pernah memisahkan antara dakwah dan akademik. KAMMI tidak pernah memisahkan antara mahasiswa dan masyarakat. KAMMI tidak pernah memisahkan antara kampus dan negara. Semua terbingkai dalam satu kesatuan pemikiran islami yang integral.

Di kampus, kita melihat banyak mahasiswa muslim atau organisasi keIslaman yang hanya memperdalam aspek keIslaman saja dan tidak mau memperhatikan atau memperdalam pemahaman pada masalah – masalah sosial politik. Atau sebaliknya, banyak dari mereka hanya membahas dan memperdalam isu – isu sosial politik tanpa memperdalam masalah – masalah keislaman. Yang demikian bukan karakter KAMMI. Karena, selain memperdalam masalah keislaman, KAMMI juga selalu memperdalam pehaman – pemahaman tentang sosial politik baik dari segi pemikiran maupun praksis gerakan, yang itu semua merupakan pegejawantahan KAMMI sebagai gerakan politik ekstraparlementer.

Kita juga melihat banyak mahasiswa atau organisasi mahasiswa yang berkutat dan disibukkan pada masalah – masalah akademik saja tanpa memperhatikan nilai – nilai dakwah. Atau sebaliknya, banyak organisasi keislaman atau organisasi dakwah yang melupakan sisi – sisi pengembangan akademik dan keilmuan. Yang demikian juga bukan karakter KAMMI. Karena, selain sebagai organisasi keislaman yang aktivitasnya merupakan aktivitas dakwah, KAMMI juga melakukan pendalaman dalam bidang keilmuan dan kompetensi bidang kader – kadernya untuk mencapai salah satu kompetensi kritis Muslim Negarawan: Kepakaran dan Profesionalisme.

Kita juga melihat banyak mahasiswa atau organisasi yang orientasi dan pembahasannya hanya permasalahan sekup kampus saja tanpa menyentuh pembahasan permasalahan – permasalahan bangsa dan negara yang sekupnya lebih luas. Atau sebaliknya, mereka lebih sibuk memikirkan permasalahan – permasalahan negara sehingga lupa pada lingkup kampus tempat mereka berada. Yang demikian juga bukan karakter KAMMI. Karena, Selain membahas isu – isu kampus, KAMMI juga intens membahas isu – isu di luar kampus dari sekup daerah sampai nasional sebagai implementasi KAMMI sebagai Gerakan Sosial Independen yang tak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa indonesia.

(Bersambung...)

::Dody Arief Krisnawan::
Read more »

Hatiku Bergetar Setelah Melihatnya

Akhir pekan di bis kota selalu bercerita tentang cerita keramaian. Penuh sesak. Selalu begitu. Selalu saja aku harus berdiri. Termasuk akhir pekan ini ketika aku harus pulang ke kempung halaman setelah beberapa bulan bergelut dengan kehidupan kota tempat kuliahku. Malang – Lamongan tentu bukan jarak yang dekat jika harus dilalui dengan berdiri di bis. Panas. Melelahkan. Berdesakan. Tapi bukan menjadi hal yang baru bagiku. Sudah terbiasa. Sudah tak terasa bahkan. Berdiriku tak ingin kusiakan dengan kelelahan – kelelahan semata. Biasanya aku membawa mp4 yang siap menemani perjalanan panjangku yang melelahkan.

Setelah setengah perjalanan, bis berhenti di salah satu terminal untuk istirahat sopir dan kondekturnya. Di sana juga banyak penumpang yang turun. Sebagian turun. Aku pun mendapat tempat duduk tepat di seberang kursi seorang akhwat yang menjadi mahasiswa salah satu kampus di Malang. Wajahnya terlihat tampak lelah. Lusuh. Berkeringat. Ditambah jilbab lebarnya yang membungkus sang akhwat membuatnya persis seperti pepesan akhwat (maaf ukh.. ^_^v). Udara siang itu memang sangat panas. Dalam dudukku yang nyaman akhirnya kembali ku nikmati alunan murattal melalui mp4 yang kudengarkan. Lama bis itu berhenti. Penjual asongan silih berganti menjajakan jualannya keluar masuk bis. Disusul oleh para penyanyi jalanan yang silih berganti melantunkan lagu – lagu andalan mereka masing – masing. Tidak terlalu terdengar olehku. Masih kalah dengan mp4 yang sengaja agak aku keraskan.

Lima belas menit sudah bis berhenti namun belum ada tanda – tanda untuk bergerak. Ketika para pengamen dan pedagang asongan sudah turun, tiba – tiba mataku tertuju pada seorang anak kecil yang masuk bis. Kira – kira seusia anak kelas 3 SD. Wajahnya lusuh. Kulitnya agak hitam. Mengayun gitar mungil lusuhnya. Seketika aku tahu bahwa dia adalah penyanyi jalanan juga. Penyanyi cilik jalanan tepatnya. Aku melepas headset dari telingaku untuk mendengar lantunan lagu dari penyanyi cilik jalanan itu. Pertama ia melantunkan lagu – lagu religi dari UNGU, kemudian lagu OPIC, yang terakhir ia melantunkan lagu SNADA. Akhirnya aku menyebutnya Penyanyi Cilik Religi Jalanan. Lumayan menghibur. Dan sempat membuatku terheran – heran.

Di akhir pertunjukannya ada episode yang menarik. Seorang akhwat yang duduk di seberang kursi tidak sengaja menjatuhkan uang logam Rp.500 dan menggelinding hingga ke bawah anak itu. Seketika ia melihat. Mengambil. Dan mengembalikan kepada sang akhwat. Sang akhwat terdiam seketika. Begitu juga saya. Begitu juga para penumpang yang lain. Sang akhwat mengambil uang itu dan menggantinya dengan uang kertas Rp.10.000,- lalu diberikan kepada sang anak. Sang anak yang sekarang terdiam. Dalam diamnya terpancar cahaya kesenangan yang luar biasa. Di balik wajah lusuhnya. Di balik keringat – keringatnya. Di balik kepolosannya dan keluguannya. Dalam diamnya ia bercerita kepada kami tentang cerita kejujuran yang luarbiasa.

Cerita menariknya tidak sampai disitu saja. Aku melihat ia membeli koran dari penjual koran yang kebetulan juga menjajakan koran di dalam bis. Kami menjadi terheran. Untuk apa ia membeli koran. Saya rasa anak seusianya juga belum bisa membaca. Kalaupun sudah bisa saya rasa ‘berita’ belum menjadi sesuatu yang disukainnya. Sang akhwat yang berada di dekatnya kulihat ia bertanya, “untuk apa dek korannya??”. Sang anak itu menjawab, “ini bukan untuk saya kak, ini untuk kakak saya.” Tidak puas dengan jawabannya, sang akhwat bertanya lagi, “Kenapa adek belikan, kan kakak adek bisa beli sendiri??”. “Kakak baru saja lulus kuliah, katanya dia butuh banyak informasi lowongan kerja, setiap hari saya pulang mengamen selalu membawa koran untuk kakak. Biar kakak segera dapat kerja. Kata kakak, kalau dia sudah bekerja, saya mau disekolahkan lagi. Saya pingin sekolah lagi kak!!”

Mendengar jawaban itu aku lihat air mata sang akhwat tiba – tiba mengalir. Hatikupun bergetar menyaksikan episode percakapan dau manusia di atas bis tersebut. Aku hanya terdiam. Pandanganku tertuju pada sang anak dengan keluguannya yang berhasil manambat hati – hati kami. Subhanallah.. subhanallah.. hanya itu yang sanggup terucap dalam lisanku. Kulihat penumpang lain juga terdiam menyaksikan sang anak tersebut. Setelah itu kulihat semua penumpang memberikan uangnya masing – masing pada sang anak. Dengan jumlah beragam. Dengan polosnya sang anak tersenyum kemudia berucap, “terimasih semuanya, doakan agar kakak segera dapat kerja, biar aku bisa skolah lagi”. Hatiku benar – benar bergetar setelah melihatnya. Penyanyi Religi Cilik Jalanan.
Read more »

10 Bersaudara Hafal Al-Qur’an


dakwatuna.com – Telanaipura. Siapa yang menyangka bila 10 putra pasangan H Mutammimul Ula (Ustadz Tammim) dan Wirianingsih (Ibu Wiwi), ternyata bisa menjadi penghapal Alquran alias Hafizh. Pada Sabtu (28/8) lalu, keluarga ini mengikuti undangan DPD PKS Jambi.

Kedua pasangan suami istri tersebut mendidik dan membina kepribadian putra-putrinya dengan kebaikan akhlak, perilaku Qurani, anggota keluarga tidak pernah lepas untuk menghapal ayat suci Alquran yang menjadi pegangan hidup bagi seluruh umat muslim.

Keluarga tersebut juga menjadi inspirasi bagi keluarga muslim lainnya untuk dapat meneladani keistimewaannya. Kesepuluh putra mereka, selain berhasil di bidang keagamaan, juga berhasil di bidang akademik dan kemasyarakatan.

Misalnya, putra pertama H Mutamimul ‘Ula, Afzalurahman Assalam. Kini dia semester akhir Teknik Geofisika ITB, hafal Alquran sejak usia 13 tahun, dan Juara I MTQ putra pelajar SMU se-Solo. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programme 2007.

Hal itu membuktikan bahwa prestasi di bidang menghapal Alquran tidak menyurutkan prestasi lainnya di bidang keduniawiaan, terutama dalam bidang pendidikannya yang terus menanjak.

Selain dari seorang putranya itu, sembilan saudara lainnya juga memiliki prestasi gemilang, dari prestasi akademik, jabatan di keorganisasian, juara MTQ, dan selalu mendapatkan amanah yang baik di dalam lingkungan. Dari kesepuluh putranya, empat putranya hapal 30 juz, ada yang hapal 29 juz, 15 juz, 13 juz, sembilan juz, dan dua juz bagi dua putranya yang masih duduk di bangku SDIT Mampang Jakarta Selatan.

Dalam kesempatan menyambut momen Nuzul Quran (turunnya Alquran), DPD PKS Kota Jambi menghadirkan langsung H Mutamimul ‘Ula dan seorang putranya yang kedelapan yaitu Muhammad Syaihul Basyir atau akrab disapa Basyir, Sabtu (28/8) lalu di Aula Museum Negeri Jambi Telanaipura.

Keluarga Mutamimul pun membagikan tip dan menjadi motivator bagi keluarga muslim di Kota Jambi. Antusiasme peserta yang hadir dalam kegiatan cukup tinggi. Itu terlihat dari jumlah kursi yang disediakan seluruhnya terisi, bahkan ada peserta yang rela untuk berdiri demi mendengarkan motivasi dari H Mutamimul ‘Ula tersebut.

Bagaimana kunci kesuksesannya? Meski keduanya sibuk atas pekerjaan yang sebelumnya merupakan politikus dari PKS serta sibuk dalam dunia dakwah (menyebarkan syiar Islam di tengah masyarakat), namun, pasangan suami-istri ini memiliki komitmen terhadap pendidikan anak. Terutama pendidikan agama, akhlak dan kepribadian anak.

Keluarga ini sebagaimana keluarga lainnya yang hidup di tengah arus globalisasi, putra mereka tetap diberi kebebasan menikmati berbagai fasilitas teknologi. “Namun, yang terpenting adanya imun (kekebalan) di dalam diri anak. Sehingga anak dapat tetap terjaga,” ujar Ustad Tamim saat menyampaikan urainnya di hadapan peserta.

Tamim menekankan, banyak beramal ibadah, berdoa, merupakan kunci keberhasilan untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Kedua pasangan ini sangat memperhatikan pentingnya manajemen waktu, konsisten (istiqamah), dan terus mengontrol perkembangan putra mereka dalam keluarga yang terus membina hubungan baik.

Bahkan, mengenai pengecekan hasil belajar putra mereka, kedua pasangan ini lebih mengutamakan untuk mengecek hapalan Alquran putra mereka, dan selanjutnya barulah menanyakan mengenai tugas sekolah atau kuliah. “Karena bila hapalan telah baik. Maka, yang lainnya akan ikut sendiri,” ujar Ustad Tamim yang sangat rendah hati dan tak pernah ingin berbangga diri itu.

Putra kedelapan Ustad Tamim yang baru kelas III SMP, Basyir mengutarakan, dia tidak begitu tertarik dengan permainan yang membuatnya lalai. Alquran aktivitas kebaikan lainnya, lebih menarik hatinya ketimbang harus menghabiskan waktu dengan permainan anak-anak yang marak akhir-akhir ini.

Saat dikonfirmasi kepada ketua pelaksana yang juga Ketua DPD PKS Kota Jambi Syafruddin Dwi Aprianto, dihadirkannya seorang inspirator generasi Qurani itu, bertepatan dengan momen Nuzul Quran pada Ramadan kali ini. “Selain itu, untuk memotivasi keluarga muslim agar dapat meneladani Ustad Tamim dan istri yang dapat mendidik 10 putranya menjadi bintang Alquran,” katanya.(dwy/ji)
Read more »

PLTN Vs Rokok

Majelis Ulama Indonesia baru-baru ini mengeluarkan fatwa penting mengenai haramnya merokok. Fatwa ini menimbulkan kontroversi banyak pihak, satu sisi mendukung tentang haramnya rokok dari sisi medis, sedangkan yang di seberang menolak karena memandangnya bahwa fatwa tersebut belum urgent dan bisa mengancam industri rokok yag ada di daerah dan tentu berpotensi menambah pengangguran terbuka yang ada di Indonesia.

Lain hal, LBM NU Jateng dan PCNU Jepara pada 1 September 2007. Mubahatsah atau pembahasan yang diikuti sekitar 100 kiai dari wilayah Jateng memutuskan bahwa PLTN Muria hukumnya haram, mengingat dampak negatifnya lebih besar daripada dampak positifnya.

Lalu apa hubungan antara rokok dengan PLTN diatas? Keduanya difatwakan haram oleh ulama, meskipun masih mengundang kontroversi. Terlepas dari fatwa para ulama tersebut, sekarang kita akan membandingkan tingkat bahaya antara rokok dengan PLTN dilihat dari radioaktifitasnya.

Jika kita merujuk data dari US Departmen of Health, Division of Radiation Protection yang dikeluarkan tahun 2002, sinar kosmis menghasilkan dosis 26 mrem/tahun. Radioisotop di permukaan bumi mengandung 29 mrem/tahun. Gas Radon di Atmosfer mengambil kontribusi sebesar 200mrem/tahun. Dalam tubuh manusia pun memancarkan radiasi (dari Karbon - 14 dan Kalium - 40 ) sebesar 40 mrem/tahun. Sinar X untuk diagnosa kesehatan memberikan andil 39 mrem/tahun. Sedangkan aktivitas kedokteran nuklir lainnya memberikan 14mrem/tahun. Instrumen elektronik seperti TV, komputer memberikan 11 mrem/tahun. Dan sisa ledakan nuklir (fall out), reaktor nuklir, pesawat terbang memberikan 1 mrem/tahun. Sehingga total dosis yang diterima tiap manusia di AS secara rata-rata adalah 361 person mrem/tahun atau 0,3 person rem/tahun (1 rem = 1.000 mrem). Hal ini dipenuhi dengan syarat yang bersangkutan tidak merokok.

Sebagai catatan, PLTN dengan daya 1.000 MWatt menghasilkan dosis radiasi mencapai 4,8 person rem/tahun. Namun pemerintah AS membatasi agar pekerja PLTN dan sektor nuklir lainnya hanya menerima dosis maksimum sebesar 100 person mrem/tahun saja. Sementara dalam PLTU dengan daya 1.000 MWatt dengan tingkat radiasi 100 kali lebih besar (yakni 490 person rem/tahun), belum ditemui ada kebijakan yang sama.

Sedangkan untuk rokok ternyata diketahui mengandung Radioisotop Polonium-210. Ini akan menambahkan dosis ekivalen sebesar 29,1 person rem/tahun untuk manusia perokok. Dan akan didapatkan dalam jaringan epitel paru-parunya dosis sebesar 6,6 - 40 person rem/tahun. Sementara pada bronchiolus-nya sebesar 1,5 person rem/tahun.

Rokok ternyata tidak hanya mengandung polonium (210Po) namun juga timbal (210Pb), yang keduanya termasuk dalam kelompok radionuklida dengan toksik sangat tinggi. Po-210 adalah pemancar radiasi- α, sedangkan Pb-210 adalah pemancar radiasi-ß. Kedua jenis radiasi tersebut, terutama radiasi- α berpotensi untuk menimbulkan kerusakan sel tubuh apabila terhisap atau tertelan. Kejadian kanker paru pada perokok pun belakangan ditengarai lebih disebabkan oleh radiasi-α & bukan diakibatkan karena tar dalam tembakau.

Lalu, bagaimana bisa 210Po & 210Pb bisa sampai di rokok? Ternyata tanah, sebagai tempat tumbuh tanaman tembakau- bahan utama rokok, mengandung radium (226Ra). Radium ini adalah atom induk yang nantinya dapat meluruh dan dua di antara sekian banyak unsur luruhannya adalah 210Po & 210Pb. Melalui akar, 210Po & 210Pb pun terserap oleh tanaman tembakau. Hal ini bisa diperparah dengan penggunaan pupuk fosfat yang mengandung kedua unsur tersebut. Tentu saja ini menambah konsentrasi 210Po & 210Pb dalam tembakau.

Mekanisme lain dan yang utama, adalah lewat daun. Po-210 & Pb-210 terendapkan pada permukaan daun tembakau sebagai hasil luruh dari gas radon (222Rn) yang berasal dari kerak bumi & lolos ke atmosfer. Daun tembakau memiliki kemampuan tinggi untuk menahan & kemudian mengakumulasi 210Po & 210Pb karena adanya bulu-bulu tipis ~yang disebut trichomes~ di ujung-ujungnya.

Meski aktivitasnya cukup rendah (3 - 5 mili Becquerel/batang) - dibandingkan dengan ambang batas dosis mematikan Polonium-210 untuk manusia berbobot 80 kg yakni sebesar 148 juta Becquerel (4 mili Curie). Namun aktivitas merokok membuat Polonium-210 terhirup dan terdepositkan ke dalam paru-paru tanpa bisa diekskresikan secara langsung oleh tubuh mengingat sifatnya sebagai logam berat dan memiliki sifat kimiawi mirip Oksigen sehingga tidak bisa diikat oleh CO2 maupun ion HCO3- (kecuali ada perlakuan khusus dengan meminum pil EDTA misalnya, itupun diragukan apa bisa melakukan Polonium removal di paru-paru).

Jika diasumsikan perokok yang bersangkutan mengkonsumsi rata-rata 2 bungkus rokok/hari selama lima tahun tanpa terputus, akumulasi Polonium-210 nya sudah cukup mampu menghasilkan perubahan abnormal pada alvoeli. Dan jika konsumsi terus berlanjut tanpa terputus, maka dalam masa 10 - 15 tahun sejak awal menjadi perokok, perokok yang bersangkutan sudah sangat berpotensi menderita kanker paru-paru, seperti nampak pada penelitian di Brazil (berdasarkan tembakau setempat). Jika konsumsi dikurangi menjadi 1 bungkus rokok/hari tanpa terputus, maka baru dalam 25 - 30 tahun kemudian potensi menderita kanker paru-paru mulai muncul.

Jadi jika pekerja sektor nuklir mendapatkan radiasi 100 person mrem/tahun. Mereka yang bekerja di PLTU dan mereka yang merokok menerima paparan radiasi berkali-kali lipat lebih besar. Jadi wajar saja jika banyak mereka yang mati karena radiasi akibat rokok atau PLTU dibanding para pekerja dalam sektor nuklir.

Dan jika kita ingin lebih ekstrim lagi, sebenarnya para warga Semenanjung Muria (Kudus -Pati - Jepara), dimana disana banyak terdapat industri rokok dan juga beberapa PLTU, sebenarnya sudah menkonsumsi radiasi jauh-jauh hari bahkan sebelum PLTN dibangun.

Tedy Tri Saputro
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

http://www.forumsains.com
Read more »

Sabtu, 16 Oktober 2010

Surat Untuk Para Pemimpin Negeri Ini (1)

Maha suci bagi Allah yang mengangkat derajat bagi orang – orang yang Ia kehendaki dan menjatuhkan derajat bagi orang yang Ia kehendaki. Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kepada Allah atas nikmat indonesia yang luar biasa besar dan kaya. Saya selalu berdoa di setiap sujud saya, untuk anda para pemimpin indonesai agar Allah senantiasa memberi kekuatan kepada anda dalam memimpin indonesia yang luar biasa besar dan kaya ini, semoga anda bisa memimpin kami dengan adil. Agar anda bisa menyejahterakan kami dengan kesejahteraan yang hakiki. Saya juga senantiasa berdoa agar Allah memudahkan anda pada saat sidang pertanggungjawaban di depan Allah SWT tentang kepemimpinan anda kelak di yaumil hisab.. Amin..

Maha suci Allah yang telah mengutus Rasulullah saw sebagai rasul sekaligus teladan kepemimpinan bagi seluruh umat manusia. Yang membimbing dengan ketauladanannya bagaimana menjadi seorang mukmin sejati. Dialah tauladan pemimpin sejati. Saya juga berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa memberikan Taufiq kepada anda agar bisa meneladani Rasulullah saw dan khulafaur rasyidin1 dalam memimpin bangsa ini. Allaahumma sholli ala muhammad. Wa ‘ala aali muhammad.

Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang telah bersedia membaca surat ini dari salah seorang rakyat anda yang selalu mencintai anda. Sebagai bentuk rasa cinta saya pada anda wahai para pemimpin bangsa, maka kutulis surat ini. Ini bukan surat tuntutan. Ini bukan surat aduan. Ini bukan surat cacian. Ini juga bukan surat permohonan. Sekali lagi ini adalah surat cinta!! Senyum itu tanda cinta. Dan surat ini berisi berjuta senyum untuk anda. Pujian itu tanda cinta. Dan surat ini berisi sepenggal pujian untuk anda. Nasehat itu tanda cinta. Dan surat ini berisi nasehat untuk anda. Marah itu cinta. Dan surat ini berisi seutas marah untuk anda. Semuanya atas dasar cinta dan kasih sanyang saya kepada anda. Di awal surat ini saya ingin ungkapkan, “uhibbukum fillah2”
Surat ini untuk anda wahai Bapak Presiden, untuk anda wahai para Menteri, untuk anda wahai wakil rakyat di DPR, untuk anda wahai penegak hukum, untuk anda para pejabat pemerintahan dari pusat sampai daerah. Ini surat dari saya yang mencintai anda di tengah – tengah masyarakat yang mulai membenci anda. Ini surat tanda cinta dari saya yang peduli di tengah rakyat anda yang mulai acuh. Atas dasar cinta, kutilis surat ini.


Bismillahirrahmanirrahim

Kumulai surat ini dengan menyebut nama Allah, Tuhan ku dan Tuhan anda. Sekedar sebagai pengingat bahwa kita menyembah Tuhan yang sama. DihadapanNya kita sama. Jabatan tak menjadi pembeda diantara kita dihadapanNya. Hanya ketaqwaan yang membedakan kita. Siapa yang paling BERTAQWA, ialah yang paling mulia di sisiNya. Saya berharap ketika anda membaca surat ini, anda dalam keadaan bertaqwa kepada Allah dengan ketaqwaan yang murni.

Wahai para pemimpin negeri yang saya cintai!!!

Kami rakyat sebenarnya senang dengan perkembangan politik dan demokratisasi di negeri ini. Penghargaan bagi anda para pemimpin yang telah membuka dengan lebar kran – kran demokrasi di negeri ini setelah sebelumnya kami hidup dalam keterkekangan politik. Namun anda menyederai demokrasi yang sedang kita bangun. Sampai – sampai kami bosan dengan parodi politik anda di eksekutif maupun di legislatif yang setiap hari anda pertontonkan kepada kami. Apakah anda mau mengajarkan kami untuk menjadi rakyat yang berwajah dua? Apakah anda mau mengajarkan rakyat anda sebagai penipu? Apakah anda mau mengajarkan rakyat anda untuk saling tengkar? Anda tak sedikitpun mengajarkan kami untuk berakhlak yang baik. Apa lagi mengajarkan kami tentang keadilan.

Yang saya ketahui, anda sudah tidak lagi menyuarakan suara kami. Anda wakil rakyat! Juga anda presiden dan menteri - menterinya! Anda lebih suka menyuarakan kepentingan anda sendiri. Atau kepentingan pihak yang menguntungkan pribadi sendiri. Dari perilaku anda yang setiap hari kami lihat di TV mencerminkan perilaku yang jauh dari janji saat kampanye dulu. Sebagian kami menyesal. Kami memohon ampun kepada Allah semoga kami tidak menanggung dosa dari apa yang anda kerjakan karena kamilah yang memilih anda. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kami, maka kami menyerukan kebenaran kepada anda wahai wakil kami, wahai pelayan kami (pemimpin adalah pelayan rakyat)!! Bagi kami, ini adalah jihad terbesar, menyuarakan kebenaran dihadapan penguasa yang dzolim (al hadits).

Setiap keputusan – keputusan yang anda ambil melalui sandiwara – sandiwara di sidang – sidang wakil rakyat sarat kepentingan individu anda. Seolah anda pada saat itu memikirkan diri sendiri, mana yang menguntungkan bagi anda. Seolah kami tidak ada. Seolah kami tidak menonton anda. Anda harus ingat, apapun yang nada lakukan, rakyat sekarang sudah bisa melihat dengan jelas. Tentu Allah yang lebih detail penglihatannya sampai pada yang tersembunyi. Dalam hatipun Allah tetap melihat. Kami serahkan itu pada Allah apa yang kami tidak ketahui. Kami hanya menilai anda melalui apa yang kami lihat.

Sikap hidup mewah dan menganggarkan dana rakyat untuk memperkaya diri anda adalah suatu yang melukai hati kami. Di tengah kondisi kami yang serba berkesusahan, tolong, jangan jadikan kami naik pitam dengan kegiatan menghambur – hamburkan uang rakyat melalui kegiatan anda yang tidak penting. Kami ikhlas uang kami anda pergunakan. Kami rela. Yang kami tidak rela, uang kami anda pergunakan yang tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan kami. Selain itu, berita – berita yang mengabarkan anda korupsi di sana – sini membuat kami sakit. Sakit. Bahkan marah. Seandainya rakyat punya hukum, kami akan menhukumi anda dengan hukum kami sendiri: MATI. Kami hampir sudah tak percaya penegak hukum. Hukum di negeri ini bisa anda jual belikan. UU dan hukum bisa anda buat sesuka hati anda dan sesuai kebutuhan anda. Saya hanya ingin mengingatkan azab Allah yang pedih bagi anda yang memakan harta rakyat dengan jalan yang dzolim.

Partai – partai politik yang diklaim sebagai penyalur aspirasi rakyat tak sedikitpun aspirasi kami yang disuarakan. Mereka lebih suka berebut jabatan untuk kepentingan pribadi masing – masing. Kami merasa ditipu, kami merasa di bohongi. Tolong wahai para elit partai!! Kami memang pragmatis. Kami memang mudah memberikan suara hanya dengan uang yang tak seberapa. Tapi tolong..!! suara kami. Sampaikan dengan lantang!! Jika kondisi seperti ini berlangsung terus. Yang saya khawatir pemilu akan musnah menjadi sejarah karena tak ada laggi rakyat yang berpartisipasi. Saat ini kami sudah mulai cerdas. Kami sudah bisa melihat mana yang benar – benar membela kami.

Walaupun demikian, kami berterima kasih pada partai – partai politik yang ada di negeri ini yang telah mencerdaskan kami rakyat kecil akan politik. Terima kasih telah membuka mata kami. Tapi sayang bukan melalui sekolah – sekolah politik anda, bukan melalui seminar – seminar anda, bukan melalui pengajaran – pengajaran anda. Kami semakin tahu hakikat politik dari tingkah laku anda di DPR, kami tahu praktek politik dari apa yang anda lakukan di pemerintahan negeri ini. Sayang seribu sayang. Pengetahuan tentang politik itu tidak malah menjadikan kami semakin aktif dalam berpolitik, bukan malah semakin mencintai politik. Pelajaran politik dari anda semua membuat sebagian besar kami malah antipati pada politik dan menjauh dari kehidupan berpolitik.

Wahai para penegak hukum negeri ini!!

Kami memang tak paham masalah hukum. Namun bukan berarti kami tidak bisa menilai apa yang anda lakukan pada hukum di negeri ini. Sungguh mudahnya keputusan berubah hanya karena tumpukan uang yang tak seberapa. Kami bisa melihat berapa ‘harga diri’ anda dari berapa besar orang membeli keadilan dalam jiwa anda. Sehingga, kini keadilan itu memihak kepada siapa yang bayar, bukan siapa yang benar.

Apresiasi besar atas penegakan hukum untuk prestasinya mengungkap kasus – kasus besar negeri ini kemarin berganti menjadi kekecewaan besar atas terungkapnya mafia hukum dan peradilan. Pengadilan bak pasar tempat tawar menawar hukum. Jaksa dan hakim seperti pedagang yang menjual keadilan. Kami malu. Malu. Sedih. Sangat prihatin. Bagaimana kami percaya lagi pada anda? Jangan salahkan jika ada maling yang mati dihakimi massa. Jangan salahkan ada prampok yang tewas di hadapan hukum rimba masyarakat. Peristiwa itu bukan menandakan masyarakat bodoh akan hukum. Mungkin itu akibat semakin cerdasnya masyarakat setelah melihat hukum yang anda tegakkan di negeri ini.

Kami menghimbau pada anda penegak hukum, tolong tegakkan hukum ini dengan adil. Tunjukkan bahwa hukum memandang sama semua warga negara senagai mana amanah UUD 1945. Tidak ada yang membedakan antara si kaya dan si miskin. Si pejabat dan rakyat. Jangan mudah terbeli dengan kekayaan dunia yang melenakan. Tidak bahagiakah anda dengan balasan bagi penegak hukum yang adil yang telah Allah janjikan kepada anda??
(bersambung.. insya Allah)

(Dody Arief Krisnawan)
Read more »

Ya Rabb, Jadikan aku hamba-Mu yang beriman

Tiba – tiba aku ada. Ruh yang sebelumnya tiada ini diadakan oleh Dzat yang Maha Ada. Di alam ruh inilah aku hidup dalam keindahan. Ketenangan. Kesenangan. Kenyamanan. Hingga suatu saat Tuhan mengabarkan bahwa sudah saatnya aku harus diturunkan ke alam dunia. Dunia. Nama yang begitu asing dan belum pernah ku dengar sebelumnya. Apakah ia seindah dan senikmat alam ruh yang saat ini aku tinggali? Ataukah sebaliknya? Rasa penasaran yang memuncak akhirnya mengantarkanku menemui Rabb Yang Maha Agung. Aku menanyakan kepadaNya perihal alam raya yang bakal menjadi tempat tinggal baruku. Kemudian dengan Kasih SayangNya Ia membukakan tabir dan memperlihatkan adegan demi adegan yang terjadi di alam dunia kepadaku.

Aku melihat julangan gunung yang megah lagi gagah. Terlukis dengan indah. Dari kejauhan nampak biru. Tenang. Tanpa beban. Diam. Tanpa ada terpaan kesulitan kehidupan yang datang. Sepertinya penuh dengan ketenangan. Dalam hatiku berkata, “sungguh nikmatnya jika Allah menurunkan aku ke dunia sebagai julangan gunung itu”. Namun setelah beberapa saat aku melihat sang gunung marah. Memerah. Merekah. Menggelegar. Dahsyat. Mematikan. Merusak sekitarnya. Membumi-hanguskan apapun yang ada di sekelilingnya. Seketika aku takut. Kemudian ku katakan kepada Tuhan, “wahai Tuhan, jangan Kau turunkan aku sebagai gunung yang berbuat kerusakan di bumi..”

Setelah itu aku menyaksikan anggota alam raya yang lain. Kali ini aku melihat hamparan laut yang membiru. Tidak setenang gunung. Ia senantiasa bergejolak. Bergemuruh. Mengalir. Memecah batuan pantai. Namun semua terlukis dengan keindahan dan keindahan. Semua tergambar dengan kenyamanan dan kenyamanan. Membuat tenang dan senang siapapun yang datang dan menyaksikan hamparan lautan itu. Dalam hatiku berkata, “sungguh nikmatnya jika Allah menjadikan aku sebagai lautan”. Namun setelah beberapa saat aku melihat ia marah dengan kemarahan yang besar. Gerakan ombak raksasa menyapu sekelilingnya dengan brutal. Menghabisi. Merusak. Menenggelamkan. Membubuh. Menghanyutkan. Apapun yang ada di sekitarnya seketika habis dengan sapuan sekejap saja. Akupun seketika takut. Kemudian aku berkata kepada Tuhan, “wahai Tuhan, jangan Kau turunkan aku sebagai laut yang berbuat kerusakan di muka bumi!!”

Kemudian aku menatap langit. Indah dan cerah. Sama indahnya dan sama birunya dengan laut. Tapi ia terlihat lebih tenang. Tiada gemuruh. Tanpa gerakan. Sunyi dari aliran dan pergerakan. Yang ada hanya ketenangan. Sepertinya tidak akan ada kerusakan yang ia timbulkan dengan ketenangannya. Ia tampak pendiam. Dalam hatiku terbersit, “mungkin aku minta menjadi langit saja, sepertinya lebih tenang dan tak ada kerusakan yang akan ia timbulkan”. Namun setelah beberapa saat tiba – tiba datanglah pasukan langit hitam – hitam pekat. Menutup birunya biru. Yang tampak kemudian hanyalah hitam. Gelap. Gemuruh mulai terdengar menggelegar. Bahkan gemuruhnya lebih tajam dari gemuruh lautan dan gemuruh gunung. Keras. Menyambar. Kemudian ia memuntahkan air dengan lebatnya. Ternyata dalam diamnya ia menyimpan potensi merusak yang dahsyat. Seketika ia menenggelamkan apapaun yang ada di bawahnya. Menghanyutkan. Merusak. Membunuh. Kemudian aku katakan kepada tuhan, “Wahai Tuhan, aku tidak ingin menjadi langit yang mengeluarkan air perusak alam!!”

Setelah menyaksikan fenomena tingkah laku anggota alam raya yang laur biasa tersebut, kukatakan pada Tuhan, “Wahai Tuhan Yang Maha Agung, tidakkah Engkau mau menangguhkan aku untuk turun ke dunia? Biarkan aku hidup disini saja. Hidup yang penuh ketenangan.”

“Wahai Ruh, tempatmu di dunia..!!” tegas Tuhan kepadaku.
“Kulihat sedari tadi semua makhluk yang ada di dunia hanya berbuat kerusakan dan kerusakan. Aku ingin menjadi makhlukMu yang selalu membawa kebaikan bagi seluruh alam”. Jawabku.
“Kamu akan aku tiupkan ke jasad manusia. Engkau nantinya akan menjadi makhluk bernama manusia.” Firman Tuhan padaku.

Kemudian Tuhan kembali membuka tabir dan memperlihatkan kepadaku makhlukNya yang bernama manusia. Kulihat ia lebih kecil daripada makhluk yang sebelum ku saksikan. Ku lihat ia berjalan. Berlari. Duduk. Tidur. Terawa. Menangis. Bergurau. Bicara. Diam. Berteriak. Sungguh makhluk yang unik menurutku. Seketika aku tertarik. Makhluk sekecil ini tidak mungkin membuat kerusakan sebesar dan sedahsyat nmakhluk – makhluk besar yang ku saksikan sebelumnya. Dan itu membuatku tenang dan nyaman untuk segera berwujud sebagai makhluk baru bernama manusia. Sampai beberapa saat kemudian aku melihat makhluk kecil bernama manusia ini saling membunuh satu sama lain. Saling berperang. Menebar ketakutan. Merusak tatanan alam hingga keseimbangannya alam raya terganggu. Lalu datanglah bencana – bencana alam dan bencana – bencana kemanusiaan. Lebih dahsyat. Aku terheran – heran. Dalam kecilnya ia menyimpan kekuatan dahsyat untuk merusak dan membinasakan alam. Seketika aku katakan kepada Tuhan, “wahai Tuhan, aku tidak ingin menjadi manusia, lebih baik Engkau turunkan aku sebagai gunung, langit atau lautan saja. Ternyata makhlukMu yang bernama manusia lebih besar potensi merusaknya.”

Tuhan diam tak menjawab. Sementara aku masih dalam keraguan dan ketakutan yang kuat. Ia menyibak lagi tirai dan memeprlihatkan lagi alam dunia kepadaku. Beberapa jenak kemudian aku melihat manusia – manusia yang berbeda dari sebelumnya. Sama kecilnya. Sama sifat – sifat fisiknya. Namun mereka berbeda sama sekali perbuatan dan tingkah lakunya. Kulihat mereka bersujud. Ku lihat mereka bertasbih. Kulihat mereka saling bantu satu sama lain. Ku lihat mereka memakmurkan bumi dengan baik. Ku lihat mereka menebarkan keselamatan dimanapun mereka berada. Ku lihat kebaikan dan kebaikan yang terpancar dari wajah – wajah mereka. Dan itu mengikis habis keraguan – keraguan ku.

“Mereka itu siapa ya Rabb??” tanyaku kepada Tuhan.
“Mereka adalah hamba – hambaKu yang beriman.” Jawab Tuhan.
“Ya Rabb, aku ingin aku engkau turunkan sebagai manusia yang beriman kepadaMu” Pintaku pada Tuhan.
“Bersumpahlah bahwa engkau akan taat kepadaku. Dan saksikanlah bahwa tiada Tuhan selain Aku!!” Tuhan mengambil kesaksian padaku.
“balaa Syahidna... Saya bersumpah dengan keMaha Sempuraan Dzat Mu, aku akan beriman kepada Mu dan tidak menyekutukan Mu dengan sesuatu apapun.”

Itulah saat – saat terakhir aku bersama Rabb-ku di alam Ruh. Kemudian Ia meniupkan aku ke jasad manusia di dalam rahim. Itulah alam transisi menuju alam dunia. Aku semakin tidak sabar untuk segera lahir kedunia. Bertemu dengan orang – orang beriman. Bersama – sama dengan mereka dalam ketaatan kepada Rabb Semesat alam. Menebar keselamatan dan rahmat. Memimpin dunia ini dan mengelola dunia ini dengan sentuhan nilai – nilai Rabbani. Karena yang ku ingat, Tuhan menitipkan bumi dan seluruh alam ini kepada kami manusia – manusia yang beriman. Maka tidak akan kami serahkan kepemimpinan dunia ini kepada orang – orang yang berbuat kerusakan!! Dengan lantang akan kami katakan, “Kami akan memimpin Dunia!!!”

(Dody Arief Krisnawan)
Read more »

Jumat, 15 Oktober 2010

Yah..Kembalikan Tangan ku

Ia berlari terus seolah tiada pernah lelah. Sesekali ia melompat. Sesekali ia berguling – guling. Sesekali ia mengambil mobil – mobilannya kemudia ia bawa berputar – butar. Bergerak. Terus bergerak. Sepertinya ia sedang asyik dengan dunianya. Dari jauh seorang wanita melihat dengan seksama. Memperhatikan seorang anak yang sedang mengembangkan imajenasinya. Sesekali wanita itu ikut tertawa. Tersenyum. Sesekali ia melamun. Kadang ia memperingatkan anak itu agar bermain lebih hati – hati. Perasaan cinta wanita itu benar – benar terpancar dari matanya. Seperti cinta ibu kepada anaknya. Sayangnya, wanita itu bukan ibunya. Ia hanya pembantu di rumah tersebut. Ia yang bertugas mengasuh anak majikannya setiap harinya. Sementara ibu dan ayah anak itu sibuk dengan pekerjaannya masing – masing. Sepanjang hari. Sepanjang minggu. Mereka berangkat sebelum sang buah hati terbangun. Malamnya baru datang saat sang anak sudah tertidur. Sehingga tanggungjawab mengasuh anak ia percayakan sepenuhnya kepada pembantunya.
Hari minggu adala hari yang paling paling membahagiakan bagi anak itu karena hanya pada hari minggulah mereka bisa berkumpul selayaknya keluarga. Selama satu hari penuh biasanya mereka habiskan untuk jalan – jalan bersama. Sepertinya, anak itu merasakan punya orang tua hanya sehari dalam seminggu. Hanya pada hari minggu. Di hari – hari berikutnya, mereka harus kembali pada rutinitasnya masing – masing: Orang tua sibuk dengan pekerjaannya. Sang anak sibuk dengan kesendiriannya.
Suatu saat sang anak punya permainan baru: menggambar. Imajenasinya melayang bebas tanpa batas. Ia menggambar apapun yang ada dalam pikirannya. Hari itu berlembar – lembar buku ia habiskan. Sang pembantu hanya diam. Tapi terlihat senang. Sementara sang anak sedang sibuk dengan permainannya yang sepertinya menyenangkan. Melihat sang anak sedang asyik dan tenang, hening tidak ada keributan, tidak ada aktivitas permainan yang mengkhawatirkan, dalam lelahannya sang pembantu tidur di samping anak yang sedang asyik menggambar.
Anak itu telah merampungkan gambarnya di halaman terakhir buku gambar yang baru saja di belikan oleh sang pembantu. Anak itu bingung harus menggambar di mana. Sementara hasrat menggambarnya masih tinggi. Akhirnya ia menemukan media putih besar untuk menggambar: dinding rumah. Ide besar pun muncul. Kalau sebelumnya ia hanya menggambar di buku kecil, ia berencana untuk membuat sebuah karya besar di buku gambar besar yang sedang terhampar di hadapannya. Tanpa pengawasan siapapun ia mulai menumpahkan imajenasinya di dinding rumah. Ia gambar rumah. Pepohonan. Ia gambar ayahnya. Kemudian ibunya. Kemudian ia gambar dirinya sendiri diantara keduanya. Walaupun berupa gores dan coretan, benar – benar menggambarkan impian yang besar dari sang anak yang lahir dari kerinduan yang besar kepada suasana kasih sayang dan kebersamaan.
Karya besar telah diselesaikan. Walaupun gambar tidak terlalu jelas, yang jelas dinding rumah telah berisi coretan – coretan pensil warna di sana – sini. Ia tertawa kegirangan. Melompat – lompat. Berlari – lari. Membangunkan sang pembantu seolah ia ingin memberitahukan hasil karya barunya. Seketika sang pembantu bangun diam tak berkata – kata melihat dinding rumah yang ada di depannya. Melihat dengan tatapan tak percaya. Kekhawatiran dan ketakutan seketika muncul kalau majikannya sampai mengetahui apa yang dilakukan anaknya. Tentu ia yang akan dimarahi. Ia dianggap tidak bisa menjaga anak dengan baik. Tidak bisa merawat rumah dengan baik. Dalam benaknya ia menyangka inilah akhir riwayatnya bekerja di rumah itu sebagai pembantu.
Akhirnya malam yang dinantikan tiba. Malam di saat sang majikan datang. Sang anak juga tidak mau tidur, ia menunggu orang tuanya untuk memberitahukan karya besarnya kepada mereka. Begitu mendengar bel berbunyi sang anak berlari menuju pintu untuk menyambut orang tuanya. Melihat sang anak yang membuka pintu mereka berdua pun kaget. Seketika memeluk dan menggendongnya.
“adek kok belum tiduurr..??” ujar sang ayah sambil menggendong sang anak.
“adek uda bica gambar lho yah..” ucap sang anak dengan bangga.
“wah.. hebat adek.. mana ayah mau lihat”
“ayo kecana yah...”
Bukan buku gambar yang diberikan anak itu. Ia memberikan buku gambar raksasa berupa dinding rumah yang penuh dengan coretan dan gambar. Seketika sang ayah naik darah. Marah. Membentak. Menjewer. Anakpun seketika kaget dengan sikap ayahnya yang jauh dari apa yang ia perkirakan. Iapun menangis. Sekeras yang ia bisa. Untuk memberi pelajaran sang ayah memukul tangan anaknya dengan penggaris. Lalu ia mengambil bunga mawar di vas bunga dan memukul mukulkan pada tangan anaknya. Tangan sang anak mulai lecet. Merah. Dan sedikit mengeluarkan darah karena duri – duri mawar. Sang ibu hanya diam seolah membenarkan apa yang dikerjakan sang ayah.
“cukup tuan.. cukup..” sang pembantu yang tidak tega melihat kejadian itu mencoba menghentikan tindakan majikannya. Ia memeluk sang anak. Mencium. Dan mengusap tangan dengan kain baju untuk menghilangkan darahnya. Air mata mereka berdua terus keluar. Sementera sang orang tua berlalu dan meninggalkan mereka berdua.
Suatu hari...
“Tuan...tuan.. Ade sakit.. badannya panas” sang pembantu panik menelpon majikannya yang sedang bekerja.
“Beli aja obat penurun panas di warung.. nanti juga reda panasnya..”
Sehari. Dua hari. Tiga hari. Panas tak kunjung turun. Malah semakin panas. Tangannya juga bengkak. Akhirnya sang pembantu berinisiatif membawa sang anak ke rumah sakit. Akhirnya sang anak harus dirawat di rumah sakit. Badannya panas tinggi. Sedang tangannya bengkak dan membesar. Dengan keadaan seperti itu kedua orang tuanya hanya bisa menangis menyesali apa yang mereka lakukan.
Doker memanggil kedua orang tuanya untuk menemuinya di ruangannya.
“Tangan anak anda harus diamputasi. Terjadi infeksi luka serius karena terlambat ditangani dan diobati. Kalau tidak, luka akan semakin menjalan ke bagian yang lain..”
Seolah disambar petir. Seolah lepas semua tulang. Lemas. Tak berdaya. Sang ibu menangis dengan keras. Sang ayah hanya melamun. Menyesal. Sangat menyesal. Kemudian menagis dengan dalamnya. Akhirnya mereka merelakan tangan anknya diamputasi demi menyelamatkan nyawanya. Tak bisa dibayangkan perasaan sedih dan bersalah yang berkecamuk di hati kedua orang tua tersebut, anak kesayangannya akan kehilangan tangan karena kesalahannya. Karena teralu menuruti amarahnya.
Suatu pagi...
Sang anak bangun dari tidunnya. Sementara ayah dan ibu serta pembantunya berada di dekat ranjangnya di rumah sakit. Setelah sadar ia kehilangan tangannya,
“ayah.. mama.. tangan ade jangan diambil.. ade janji tidak nakal lagi.. ade gak mau gambar lagi.. ade mau jadi anak baik.. ade mau nurut kata ayah ma ibu.. haaaa.. kembalikan tangan ade.. kembalikan maa.. yah... kembalikan” tangis sang anak makin keras. Menusuk hati. Semua menangis. Termasuk suster dan dokter yang ada di ruangan itu. Termasuk orang – orang yang menyaksikan episode itu. Termasuk langit yang saat itu menurunkan air matanya dengan deras. Deras sekali.

Read more »

Kamis, 14 Oktober 2010

Anak Kader PKS Wajib Sekolah Sampai S2

INILAH.COM, Semarang - Partai Keadailan Sejahtera (PKS) akan mewajibkan anak-anak kadernya untuk bersekolah hingga mencapai jenjang S2.

Ide program wajib belajar hingga Strata 2 (S2) itu dicetuskan oleh Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq saat berdialog dengan anak-anak kader PKS, Jumat (8/10) malam di Semarang, Jateng. Acara yang diselenggarakan sebelum Pembukaan Musyawarah Wilayah II PKS Jateng tersebut dihadiri ratusan anak kader PKS yang datang dari berbagai kota di Jawa Tengah.

Luthfi menekankan bahwa anak-anak kader PKS wajib menempuh pendidikan hingga jenjang S2, tidak terkecuali. Bahkan Luthfi mengatakan bahwa struktur partai tidak akan segan-segan menegur kader PKS yang memiliki kemampuan namun tidak melaksanakan program wajib belajar ini. Sementara bagi kader yang kurang mampu struktur partai akan membantu dengan cara mencarikan jalan keluar bagi persoalan tersebut, misalnya mengupayakan bea siswa.

"'Kalau orang tua kalian tidak bisa membiayai karena persoalan ekonomi, datanglah ke pengurus PKS. Sampaikan persoalan kalian. Insya Allah kita akan membantu agar kalian dapat meneruskan pendidikan ke
jenjang S2," kata Luthfi yang disambut dengan tepuk tangan meriah putra putri kader PKS.

Luthfi menyampaikan, program wajib belajar S2 yang dibuat PKS merupakan bentuk perhatian PKS akan pentingnya melakukan investasi dalam bidang pendidikan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu menghadapi tantangan masa depan.

Ke depan, lanjut Luthfi, tantangan akan semakin sulit dan ketat. Untuk itu diperlukan SDM yang berkualitas, yang mampu menghadapi tantangan jaman. Karena itu harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Luthfi juga berharap dengan program ini putra-putri kader PKS dapat menunjukkan prestasi yang bisa dibanggakan dan memiliki perilaku yang baik.

"Prestasi kalian dalam bidang apa pun hendaknya bisa di atas rata-rata. Kalau tidak di pendidikan di olahraga, bisa juga di kesenian, dan bidang-bidang lainnya," tandasnya.
Read more »

Relawan KAMMI dan BSMI Tiba di Manokwari

dakwatuna.com – Makassar. Relawan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan Bulan Sabit Merah Indonesia Makassar, tiba di Kota Manokwari, Senin (11/10), untuk memberikan bantuan bagi korban bencana di Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Humas KAMMI Makassar, Jusman Dalle, di Makassar, mangatakan rombongan kemanusiaan itu tiba Senin pagi dan langsung menuju pusat-pusat penampungan pengungsi di Manokwari untuk memberi bantuan. “Di pengungsian, kami memfokuskan upaya bantuan pada penanganan medis. Tidak menutup kemungkinan ada di antara pengungsi Wasior yang mengalami sakit, jadi tim kami sedang mengidentifikasi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, menurut laporan Sekretaris BSMI Makassar Sulfiadi ke Posko Pusat Pelayanan Sosial (PPS) KAMMI di Makassar jumlah pengungsi yang berada di Manokwari cukup banyak, sebab berdasar hasil pendataan hanya sekitar 20 persen warga yang tetap bertahan di Wasior.
Karena itu, bantuan obat-obatan senilai Rp 7 juta rupiah yang pekan lalu digalang KAMMI di Makassar, akan lebih banyak digunakan di Manokwari. Menurut rencana, setelah dua hari di kota tersebut, relawan baru akan berangkat menuju Wasior. “Alhamdulillah, warga Makassar sangat partisipatif menolong sesama. Bantuan sebesar Rp7 juta itu kami kumpulkan hanya dalam waktu tiga hari, dimulai sehari setelah bencana Wasior terjadi,” katanya.
Jusman mengatakan, penggalangan dana untuk Wasior akan terus dilanjutkan hingga sepekan ke depan dengan menurunkan semua kader KAMMI dan pengurus BSMI. Kegiatan tersebut dipusatkan di bawah fly over (jalan layang) Urip Sumoharjo Makassar dan beberapa lokasi-lokasi strategis lainnya di Makassar, seperti di persimpangan Jalan Sultan Alauddin-Jalan AP Pettarani. (Budi Raharjo/Antara/RoL)
Read more »

Selasa, 12 Oktober 2010

Jalan Sunyi Para Pejuang

Hanya ada dia dan Rabbnya. Tidak ada yang lain yang menyertainya. Ia sendiri. Sepi. Di tepian malam yang sunyi. Itulah jenak – jenak tempat para pejuang menghimpun energi langit untuk disemai di muka bumi. Itulah bentaran saat dimana ia kembali kepada ruhnya. Melihat bangunan keimanannya yang sudah mulai sedikit terkoyah. Melihat Lebih dalam. Lebih dekat. Lebih cermat. Di sunyi itu, bersama Rabbnya, ia kembali meyusun ulang bangunan keimanannya menjadi bangunan iman yang megah, indah, mempesona. Di malam itu ia bermi’raj menghadap Tuhannya. Bukan sekedar pertemuan biasa. Itulah saat jiwa bertemu dengan Tuhannya jiwa. Itulah saat ruh bertemu dengan sang Pemilik Ruh. Syahdu. Mengharu biru. Di sinilah awal mula cerita indah jiwa – jiwa yang tercerahkan.

Inilah majelis sunyi para pejuang. Inilah halaqoh cinta para pecinta. Qiyamullail. Para pejuang dakwah senantiasa merutinkan ia sebagai amalan yang tiada pernah terputuskan. Mereka sadar, Dakwah adalah jalan berat yang harus dilalui oleh para pejuang Keadilan. Di perjalanan berat nan panjang itu, salah satu sumber energi dahsyat sebagai bekal perjuangannya adalah qiyamullail. Perjuangan tidak selalu bercerita tentang kekuatan fisik. Seberapa banyak sahabat nabi dari kalangan tua dan lemah dari segi fisik namun mereka berada dalam barisan depan dalam jihad fi sabilillah. Sebaliknya, seberapa banyak pula kaum muslimin (munafiq) yang kuat fisiknya namun tak mampu menggerakkan kakinya menuju arena jihad. Perjuangan selalu bertutur tentang kekuatan ruh dan keimanan. Dan sumber terbesar kekuatan itu berada dalam saat – saat sunyi di akhir malam.

Sebelum Rasulullah diberi mandat untuk menyeru kaumnya secara terang – terangan melalui Al Mudatstsir, jauh sebelumnya Allah telah menurunkan Al Muzammil sebagai bekal dan training Allah SWT kepada sang Rasul. Allah tidak memberi persiapan Rasul dengan teori retorika sehingga dengan gaya bahasanya bisa mengikat kaum quraisy di mekkah pada saat itu. Tidak juga Allah memberi bekal harta yang banyak sehingga memberinya kedudukan tinggi diantara kaumnya. Bukan. Bukan ini. Trainming itu bernama Al Muzzammil. Ia adalah training persiapkan secara khusus kepada sang Rasul oleh Allah SWT melalui Qiyamullail dan Tilawah Al Quran.

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat. (QS. Al Muzzammil 1 – 5)

Sebab Allah akan menurunkan ‘perkataan yang berat’. Perkataan yang berbobot. Perkataan yang menusuk hati. Maka dibutuhkan ruh yang kuat untuk para pengembannya. Semakin kuat ruhnya, semakin banyak ‘perkataan berat’ yang mampu ia bawa dan ia sampaikan. Jika ruhnya kering dan lemah, bagaimana ia mampu membawa ‘perkataan berat’ untuk disampaikan dan didakwahkan? Kata – katanya menjadi kosong. Tidak memiliki ruh. Kering. Hampa tanpa makna. Dan mungkin inilah ‘bobot’ kata – kata kita saat ini. Kosong tanpa ruh. Sedangkan tempat untuk mengisi kekuatan Ruh dan menjemput ‘perkataan yang berat’ itu lebih nyaman kita habiskan untuk tidur atau begadang yang sia – sia. Maka ketika seruan kita jarang mendapatkan respon dari orang yang kita seru, jangan melulu menyalahkan mereka. Jangan – jangan saking ‘kering’nya perkataan kita, perkataan itu tidak sampai ke hati mad’u, tapi terbang hilang tertiup angin yang semilir. Wallahu a’lam.

(Dody Arief Krisnawan)

Read more »

Tak Tahu Tarus ku Beri Judul Apa

Tiba – tiba ia memelukku. Hangat. Sampai terasa dalam hati hangatnya. Ahh, mungkin ini yang namanya ukhuwah. Hangat. Dan indah. Walaupun kita belum pernah mengenal sebelumnya, senyumnya begitu khas seperti sudah lama aku mengenalnya. Mungkin lantunan rabithoh yang sering kita lantunkan saling mengikat hati kita sebelum ikatan pertemuan ini.

Cerita persaudaraan selalu bertutur tantang cerita cinta. Tapi aku tak ingin bercerita tentang cerita diriku sendiri. Terlalu egois. Aku ingin bercerita tentang anda dan kita semua. Tentang ikatan ini. Tentang persaudaraan ini. Aku tak tau ini ceita bahagia atau cerita sedih. Aku juga belum tau harus memberi judul apa tulisan ini. Ini hanya curahan hati yang tak sanggup terurai dalam kata. Hanya susunan huruf inilah yang menjadi pengungkap gejolak jiwa. Penyata rasaku pada kalian. Yang mungkin tidak bisa sesering ku ungkapkan.

Jika orang lain memulai cerita persahabatan setelah saling mengenal, kita sudah memulai cerita indah itu jauh sebelum kita dipertemukan secara fisik. Jauh sebelum kita saling mengenal. Pertemuan dan perkenalan serasa hanya menjadi sebuah deklarasi cinta kita. Pertemuan menjadi ajang pelampiasan rindu yang sangat setelah sekian lama ruh kita telah bertemu dalam lantunan doa – doa kita. Semua bercerita tentang keindahan. Bahkan cerita kesedihan itu telah berganti rasa menjadi manis. Indah. Semua cerita itu terangkum dalam kosa kata besar bernama ‘persaudaraan’.

Ini kisah nyata. Dulu ada seorang ikhwah pada saat itu sedang kehabisan dana bulanannya karena seluruh kiriman uang dari orang tuanya ia pakai untuk kegiatan daurah di sebuah lembaga dakwah. Ketika ditanya sahabatnya bagaimana ia makan sebulan ke depan, dengan ringan ia mengatakan, “aku punya Allah di hatiku dan saudara – saudara di sekitarku!!”. Ternyata benar apa yang menjadi keyakinannya. Allah membantunya melalui tangan saudara – saudara di sekitarnya. Ada beberapa ikhwah yang menaggung makan dan keperluan kuliahnya selama sebulan. Dan masih banyak cerita indah lainnya yang belum tidak aku sampaikan di sini.

Read more »

 

Goresan pena

Kabar berita

Harokatuna